1 Latar Belakang
Sejak diperkenalkannya fotografi pada
tahun 1826, dimana pada saat itu fotografi dikenal sebagai kajian ilmu yang
sangat baru dan awam bagi masyarakat dunia. Seiring berjalannya waktu dan jaman
kini fotografi perkembangannya demikian pesat. Perkembangan teknologi yang
canggih pengambilan gambar saat ini bisa dilakukan setiap hari hampir 24 jam,
dengan teknik pencahayaan pengambilan gambar akan terlihat mudah.
Makalah ini disusun untuk memberikan
pengetahuan secara praktis dan teoritis bagaimana menggunakan suatu kamera, serta
mendapatkan gambar atau potret yang memberikan makna pemberian pesan yang lebih
efektif dalam setiap informasi yang akan disampaikan.
Dalam
makalah ini akan membahas
tentang pengertian
fotografi, anatomi kamera, pencahayaan, serta proses dan teknik pengambilan
gambar.
2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut didapatkan
rumusan masalah sebagai berikut ini :
1 . Apa yang dimaksud dengan fotografi ?
2 . Bagaimanakah anatomi kamera ?
3 . Bagaimanakah teknik pencahayaan dalam fotografi ?
4 . Bagaimanakah proses dan teknik pengambilan gambar ?
3 Tujuan
1 .
Sebagai tugas mata
kuliah Fotografi Pembelajaran.
2 .
Mengetahui
pengertian fotografi.
3 .
Mengetahui anatomi
kamera.
4 .
Mengetahui teknik pencahayaan
dalam fotografi.
5 .
Mengetahui proses
dan teknik pengambilan gambar.
BAB II
PEMBAHASAN
1 Pengertian Fotografi
Fotografi
(dari bahasa
Inggris: photography, yang berasal
dari kata Yunani yaitu "Fos" : Cahaya dan
"Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan
menggunakan media cahaya.
Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan
gambar atau foto
dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut
pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini
adalah kamera.
Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan
bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang
telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan
bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya
disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat
untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter.
Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa
mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed),
diafragma
(Aperture), dan kecepatan
rana (speed). Kombinasi antara
ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan
(exposure).
Di era fotografi digital dimana film tidak
digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital
ISO.
2 Jenis-jenis Kamera
1. Jenis Kamera
Berdasarkan Media Penangkap Cahaya
Kamera film menggunakan pita seluloid (atau
sejenisnya, sesuai perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel
pada pita ini sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci
film, silver halida yang telah
terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan menghitam, sedangkan yang kurang
atau sama sekali tidak terekspos akan tanggal dan larut bersama cairan
pengembang (developer).
a. Kamera film
Jenis kamera film yang digunakan adalah dari jenis
35 milimeter, yang menjadi populer karena keserbagunaan dan kecepatannya saat
memotret, karena kamera ini berukuran kecil, kompak dan tidak mencolok. Lensa
kadang dapat dipertukarkan, dan kamera itu dapat memuat gulungan film untuk 36
singkapan, bahkan kadang lebih.
Jenis film
Pembagian
film berdasarkan ukuran:
·
Medium format (100-120mm)
·
Large format
Angka
di atas berarti ukuran diagonal film yang digunakan. Setiap jenis ukuran film
haru menggunakan kamera yang berbeda pula.
Pembagian
film berdasarkan jenis bahan dan kesensitifannya:
·
Film hitam putih
·
Film warna
·
Film positif
·
Film negatif
·
Film daylight
·
Film tungsten
·
Film infra merah
(sensitif terhadap panas yang dipantulkan permukaan objek)
b. Kamera Polaroid
Kamera jenis ini memakai lembaran polaroid yang
langsung memberikan gambar positif sehingga pemotret tidak perlu melakukan proses
cuci cetak film.
c. Kamera Digital
Kamera jenis ini merupakan kamera yang dapat bekerja
tanpa menggunakan film. Si pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek
tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela pandang karena kamera
digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera
digital menggunakan sebuah layar LCD
yang terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera digital
berbeda-beda.
Sebagai
media penyimpanan, kamera digital menggunakan internal memory ataupun external
memory yang menggunakan memory card.
2. Jenis Kamera
Berdasarkan Mekanisme Kerja
a. Kamera Single Lens
Reflect
Kamera ini memiliki cermin datar dengan singkap 45 derajat
di belakang lensa, sehingga apa yang terlihat oleh pemotret dalam jendela
pandang adalah juga apa yang akan di tangkap pada film. Umumnya kamera ini
digunakan setinggi pinggang ketika dipotretkan.
b. Kamera Instan
Istilah instan adalah dimilikinya mekanisme
automatik pada kamera, sehingga berdasar pengukur cahaya (lightmeter
atau fotometer), lebar diafragma dan kecepatan pemetik potret secara
otomatis telah diatur.
3. Pembagian Kamera
Berdasarkan Teknologi Viewfinder
Viewfinder
memainkan peranan penting dalam penyusunan komposisi fotografi. Fotografer ahli
biasanya akan lebih memilih viewfinder dengan kualitas baik dan mampu
memberikan gambaran tepat seperti apa yang akan tercetak.
a. Kamera Saku
Jenis yang paling populer digunakan masyarakat umum.
Lensa utama tak bisa diganti,umumnya otomatis atau memerlukan sedikit
penyetelan Cahaya yang melewati lensa langsung membakar medium. Kelemahan film
ini adalah gambar yang ditangkap oleh mata akan berbeda dengan yang akan
dihasilkan film, karena ada perbedaan sudut pandang jendela pembidik (viewfinder))
dengan lensa.
b. Kamera TLR
Kelemahan kamera poket diperbaiki oleh kamera TLR.
Jendela bidik diberikan lensa yang identik dengan lensa di bawahnya. Namun
tetap ada kesalahan paralaks
yang ditimbulkan sebab sudut dan posisi kedua lensa tidak sama.
c. Kamera SLR (Single Lens
Reflect)
Pada kamera SLR, cahaya yang masuk ke dalam kamera
dibelokkan ke mata fotografer
sehingga fotografer mendapatkan bayangan yang identik dengan yang akan terbentuk.
Saat fotografer memencet tombol kecepatan rana, cahaya akan dibelokkan kembali
ke medium (atau film). lensa kamera SLR dapat diganti ganti sesuai
kehendak,sangat disukai para ahli foto, atau hobby, dudukan lensa pada body
kamera berbeda benda tergantung merek kamera,mulai dari lensa wide(sudut
lebar),tele(jarak jauh),dan lensa normal(standard 50 mm),tersedia pula lensa
zoom dengan panjang lensa bervariasi
3 Komponen Kamera
Sebuah
kamera minimal terdiri atas:
·
Kotak yang kedap cahaya
(badan kamera)
·
Pemantik potret (shutter)
·
Pemutar film
1.
Badan kamera
Badan
kamera adalah ruangan yang sama sekali kedap cahaya,
namun dihubungkan dengan lensa yang menjadi satu-satunya tempat cahaya masuk.
Di dalam bagian ini cahaya yang difokuskan oleh lensa akan diatur agar tepat
mengenai dan membakar film.
Di
dalam kamera untuk tujuan seni fotografi, biasanya ditambahkan beberapa tombol
pengatur, antara lain:
·
Pengatur ISO/ASA Film.
·
Shutter Speed.
·
Aperture (Bukaan
Diafragma).
Jika
diperlukan bisa pula ditambah peralatan:
·
Tripod
2. Sistem lensa
Sistem
lensa dipasang pada lubang depan kotak, berupa sebuah lensa tunggal yang
terbuat dari plastik
atau kaca,
atau sejumlah lensa yang tersusun dalam suatu silinder
logam.
Tingkat
penghalangan cahaya dinyatakan dengan angka f, atau bukaan relatifnya.
Makin rendah angka f ini, makin besar bukaannya atau makin kecil tingkat
penghalangannya. Bukaan ini diatur oleh jendela diafragma. Bukaan relatif
diatur oleh suatu diafragma.
Untuk kamera SLR, lensa dilengkapi dengan pengatur bukaan diafragma yang
mengatur banyaknya cahaya yang masuk sesuai keinginan fotografer.
Jenis
lensa cepat ataupun lensa lambat ditentukan oleh rentang nilai F yang dapat
digunakan.
Disamping
lensa biasa, dikenal juga
·
Lensa sudut lebar
(wide lens),
Lensa sudut lebar mempunyai jarak
fokus yang lebih kecil daripada lensa biasa. Namun sebutan itu bergantung pada
lebarnya film yang digunakan. Untuk film 35 milimeter,
lensa 35 milimeter akan disebut lensa sudut lebar
·
Lensa sudut kecil
(tele lens)
Lensa
sudut kecil mempunyai jarak focus yang lebih besar dari pada lensa sudut lebah.
Lensa yang berukuran 135 milimeter akan disebut lensa telefoto.
·
Lensa variabel
(variable lens, atau oleh kalangan awam disebut dengan istilah lensa zoom).
Lensa
variabel dapat diubah-ubah jarak fokusnya, dengan mengubah kedudukan relatif
unsur-unsur lensa tersebut. Lensa akan memfokuskan cahaya sehingga dihasilkan
bayangan sesuai ukuran film. Lensa dikelompokkan sesuai panjang focal length
(jarak antara kedua lensa).
Focal
lenght memengaruhi besar komposisi gambar yang
mampu dihasilkan. Dalam masyarakat umum, lebih dikenal dengan istilah zoom.
Macam-macam lensa
- Lensa Standar. Lensa ini disebut juga lensa normal. Berukuran 50 mm dan memberikan karakter bidikan natural.
- Lensa Sudut-Lebar (Wide Angle Lens). Lensa jenis ini dapat digunakan untuk menangkap subjek yang luas dalam ruang sempit. Karakter lensa ini adalah membuat subjek lebih kecil daripada ukuran sebenarnya. Dengan menggunakan lensa jenis ini, di dalam ruangan kita dapat memotret lebih banyak orang yang berjejer jika dibandingkan dengan lensa standar. Semakin pendek jarak fokusnya, maka semakin lebar pandangannya. Ukuran lensa ini beragan mulai dari 17 mm, 24 mm, 28 mm, dan 35 mm.
- Lensa Fish Eye. Lensa fish eye adalah lensa wide angle dengan diameter 14 mm, 15 mm, dan 16 mm. Lensa ini memberikan pandangan 180 derajat. Gambar yang dihasilkan melengkung.
- Lensa Tele. Lensa tele merupakan kebalikan lensa wide angle. Fungsi lensa ini adalah untuk mendekatkan subjek, namun mempersempit sudut pandang. Yang termasuk lensa tele adalah lensa berukuran 70 mm ke atas. Karena sudut pandangannya sempit, lensa tele akan mengaburkan lapangan sekitarnya. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena lensa tele memang digunakan untuk mendekatkan pandangan dan memfokuskan pada subjek tertentu.
- Lensa Zoom. Merupakan gabungan antara lensa tandar, lensa wide angle, dan lesa tele. Ukuran lensa idak fixed, misalnya 80-200 mm. Lensa ini cukup fleksibel dan memiliki range lensa ang cukup lebar. Oleh karena itu lensa zoom banyak digunakan, sebab pemakai tinggal memutar ukuran lensa sesuai dengan yang dibutuhkan.
- Lensa Makro. Lensa makro biasa digunakan untuk memotret benda yang kecil.
3. Pemantik Potret
Tombol
pemantik potret atau shutter dipasang di belakang lensa atau di antara
lensa. Kebanyakan kamera SLR mempunyai mekanisme pengatur waktu
untuk memungkinkan mengubah-ubah lama bukaan shutter. Waktu ini ialah
singkatnya pemetik potret itu membuka, sehingga memungkinkan berkas cahaya
mengenai film.
Beberapa
masyarakat awam menganggap kemampuan kamera sebanding dengan besarnya nilai
maksimum shutter speed yang bisa digunakan
2.4 Pencahayaan
Didalam
fotografi, pencahayaan (exposure)
dapat dikatakan sebagai seni atau teknik untuk mencarai keseimbangan antara
seberapa besar jumlah (volume) cahaya yang melalui lensa dengan seberapa lama
waktu yang dibutuhkannya untuk mampu menghasilkan gambar pada sebidang bahan
peka cahaya (film) atau sensor digital yang terdapat didalm kamera.
Dalam pemotretan,
kekurangan cahaya
diesbut under exposure sedangkan
kelebihan cahaya disebut over exposure.
Untuk mencari keseimbangan dalam pencahayaan yaitu dengan cara membuka
diafragma sebesar-besarnya untuk kemudian mencari waktu yang diperlukan dengan
mengubah kecepatan rana hingga tercapai keseimbangan. Keuntungan cara ini
adalah agar meminimalisir
hasil gambar yang ngeblur karena
dengan kesimbangan ini gambar akan terlihat lebih pas dan tidak mengakibatkan under exposure atau over exposure.
Dibawah
ini terdapat sebuah table yang menunjukan angka-angka diafragma dalam beberapa
kondisi :
Kondisi
|
Diafragma
|
Kecepatan
Rana
|
Langit
cerah tak berawan
|
f/16
|
1/ASA
(ISO)
|
Berawan
|
f/11
|
|
Langit
putih (overcast)
|
f/8
|
|
Objek
dibawah bayangan
|
f/5,6
|
5 Efek Kecapatan Rana
Kecepatan rana (shutter speed) artinya
penutup (to shut = menutup). Pada waktu kita menekan tombol untuk memotret,
terjadi pembukaan lensa sehingga cahaya masuk dan mengenai film. Pekerjaan
shutter adalah membuka dan kemudian menutup lagi.
Kecepatan rana
adalah kecepatan shutter membuka dan menutup kembali. Shutter speed dapat kita
atur. Jika kita memilih 1/100, maka ia akan membuka selama 1/100 detik.
Skala shutter speed bervariasi. Ada yang B, 1, ½, ¼,
1/8, 1/15, 1/30, 1/60, 1/125, 1/250, 1/500, 1/1000, dst. Mulai dari ½ sampai
1/1000 biasanya hanya disebut angka-angka dibawah saja. Artinya 100 = 1/100 dan
2 artinya ½ detik. Namun jika angka 2 itu berwarna, maka artinya adalah 2
detik.
Sedangkan B artinya bulb,
yaitu jika tombol ditekan maka shutter membuka, dan ketika tombol dilepaskan
maka shutter menutup.
Yang perlu diingat adalah, semakin lama kecepatan
shutter, jumlah cahaya yang masuk akan semakin banyak. Semakin besar angkanya,
maka kecepatan shutter akan semakin tinggi(shutter akan semakin cepat membuka
dan menutup).
·
Speed cepat
Speed cepat kita gunakan untuk
memotret benda yang bergerak. Semakin cepat pergerakan benda tersebut, maka
semakin besar angka speed shutter yang kita butuhkan.
·
Speed lambat
Jika benda yang bergerak cepat
dipotret dengan speed shutter rendah, maka hasilnya ialah gambar akan tampak
kabur, seakan-akan disapu, namun latar belakangnya jelas. Efek ini
kadang-kadang bagus dan menimbulkan sense of motion dari benda yang dipotret.
Cara lain adalah dengan
menggerakkan kamera ke arah gerak objek (panning) bertepatan dengan melepas
tombol. Hasil gambarnya ialah latar belakang kabur, tetapi gambar subjek jelas.
Seberapa jelas atau kaburnya subjek tergantung pada cepat atau lambatnya
gerakan panning. Jika gerakannya bersama-sama dengan gerakan subjek, maka
gambar yang dihasilkan jelas. Sebaliknya jika kamera lebih cepat atau lebih
lambat dari gerakan subjek, maka hasilnya akan blur (kabur).
6 Diafragma
Diafragma
atau aperture (atau sering disebut bukaan) berfungsi untuk mengatur jumlah
volume cahaya yang masuk. Alat ini biasanya terdapat di belakang lensa. Terdiri
dari 5-8 lempengan logam yang tersusun dan dapat membuka lebih lebar atau lebih
sempit.
Penulisan angka diafragma biasanya adalah f/2,
f/2.8, f/4, f/5.6, f/8, f/11, dan f/16, dst. Semakin kecil angka diafragma,
maka bukaan yang dihasilkan akan semakin lebar sehingga cahaya yang masuk
semakin banyak.
·
Bukaan besar
Bukaan diafragma yang besar
digunakan untuk menghasilkan foto dengan subjek yang tajam dengan latar
belakang blur.
·
Bukaan kecil
Bukaan kecil akan menghasilkan
gambar yang tajam mulai dari foreground hingga background. Bukaan kecil
biasanya digunakan dalam pemotertan landscape yang memang membutuhkan detail
dan ketajaman di selurh bagian foto.
7 Depth of Field
Depth
of field adalah jumlah jarak
antara subjek yang paling dekat dan yang paling jauh yang dapat muncul di fokus
tajam sebuah foto. Misalnya, jika kita memotret pohon-pohon yang berdiri
bersaf-saf, maka yang akan tampak pada foto yang telah dicetak adalah beberapa
pohon di depan tampak jelas kemudian makin ke belakang makin kabur.
Depth of field sangat
tergantung pada:
·
Diafragma. Semakin
kecil bukaan diafragma, semakin besar depth of field yang dihasilkan. Bukaan
penuh akan menghasilkan depth of field yang sangat dangkal.
·
Jarak fokus lensa
(focal length). Semakin panjang focal
length, semakin sempit depth of field.
Maka dari itu, lensa wide angle memiliki depth
of field yang sangat besar.
·
Jarak pemotretan.
Semakin dekat jaraknya, semakin sempit depth
of field yang dihasilkan.
Fungsi
depth of field adalah untuk
mengaburkan latar belakang jika latar tersebut tidak sesuai dengan subjeknya
8 Komposisi
Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara
menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, shape,
form, warna, terang dan gelap. Cara anda menata komposisi dalam jendela bidik
akan diinterprestasikan kemudian setelah foto anda tersebut dicetak. Yang
paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact- sebuah
kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi
dalam foto anda. Dengan demikian anda perlu menata sedemikian rupa agar tujuan
anda tercapai, apakah itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatu
mengejutkan, beda, eksentrik. Dalam komposisi klasik selalu ada satu titik
perhatian yang pertama menarik perhatian. Hal ini terjadi karena penataan
posisi, subordinasi, kontras cahaya atau intensitas subjek dibandingkan
sekitarnya atau pengaturan sedemikian rupa yang membentuk arah yang membawa perhatian
pengamat pada satu titik.
Secara keseluruhan, komposisi klasik yang baik
memiliki proporsi yang menyenangkan. Ada keseimbangan antara gelap dan terang,
antara bentuk padat dan ruang terbuka atau warna-warna cerah dengan warna-warna
redup. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, bila dibutuhkan mungkin anda akan
membutuhkan komposisi anda seluruhnya simetris. Seringkali gambar yang anda
buat lebih dinamis dan secara visual lebih menarik bila anda menempatkan subjek
ditengah. Anda harus menghindari sebuah garis pembagi biarpun itu vertikal.
Tujuan Mengatur
Komposisi :
a. Dengan mengatur
komposisi foto, kita juga dapat membangun “mood” suatu foto dan keseimbangan
keseluruhan objek foto.
b. Menyusun perwujudan
ide menjadi sebuah penyusunan gambar yang baik sehingga terwujud sebuah
kesatuan / unity dalam karya.
c. Melatih kepekaan mata
untuk menangkap berbagai unsur dan mengasah rasa estetik dalam pribadi
pemotret.
Beberapa istilah dlm fotografi yang amat perlu difahami:
- .APS: Advanced Photo System
- .DIL : Drop in Loading
- .CID : Cartridge Identification number
- FID :Film strip Identification number
- USC :Uniform Sigma Crystal/kristal sigma seragam
- Kistal sigma : Butir-butir perak halida
- AFS : Auto Focus Silent Wave Motor
- AFD : Auto Focus Distance Information
- DIR : Development Inhibitor Releaser
- SPD : Silicon Photo Diode
- LCD : Liquid Crystal Display
- LED : Light Emitting Diode, lampu
- ISO/ASA : Derajat sensitivitas film
- ISO : International Standart Organization
- ASA : American Standart Association
- DIN : Deutsche Industry Norm
- NiMH : Nikel Metal Hydride
- NiCd : Nikel Cadmium
- DRAM : Data Random Acces Memory
- RISC : Reduce Intruction Set Computer
- CCD : Charge Couple Device (pada kamera digital)
- CPL : Circular Polarizing
- USM : Ultrasonic motor
- ESP : Elektro-Selective Pattern (Sistem pengkuran cahaya otomatik, di saat kondisi kesenjangan kecerahannya sangat besar
- SLR : single Lens Reflek, kamera lensa tunggal yang menggunakan cermin dan prisma
- TLR : Twin lens Refleks, kamera yang menggunakan dua lensa , satu untuk melihat, lainnya utnuk meneruskan cahaya ke film
- Lens Mount : Dudukan lensa
- MF : Manual Fokus
- AF : Auto Fokus
- Fps : Frame per second:, satuan kecepatan pengambilan gambar dalam gambar perdetik
- DOF : Depth of Field; ruang tajam, merupakan jarak, dimana gambar masih terlihat tajam/focus, bergantung pada: diafragma, panjang lensa dan jarak objek
- GN : Guide number; kekuatan cahaya blitz merupakan perkalian antara jarak (dalam meter atau feet) dan diafragma
- AR Range : Tingkat terang cahaya dimana system aotufocus masih dapat bekerja, dalam satuan EV
- EV : Exposure Value; kekuatan cahaya. Sample, EV=0 kekuatan cahaya pada difragma f/1,0 kecepatan 1 detik
- Exposure mode : Modus pencahayaan, pada umumnya ada 4 tipe: manual, Aperture priority, Shutter priority dan Programed (auto)
- Aperture : Diafragma
- Lens Hood : Tudung lensa
- Aperture priority : Prioritas pengaturan pada diafragma, kecepatan rana otomatis
- Shutter : Rana
- Shutter Priority : Prioritas pengaturan pada kecepatan rana, diafragma otomatis
- Exposure compensation :Kompensasi pencahayaan, membuat alternatif pencahayaan dari normal menjadi lebih atau kurang
- Flash Exposure Compensation : Kompensasi pencahayaan blitzt
- Metering: Pola pengaturan cahaya, biasanya terbagi dalam 3 kategori, centerweighted, evaluative/matrix, dan spot
- Center weighted Metering : Pengukuran pencahayaan pada 60% daerah tengah gambar
- Evaluative/Matrix : Pengukuran pencahayaan berdasarkan segmen-segmen dan presentase tertentu
- Spot : Pengukuran pencahayaan hanya pada titik tertentu
- View finder : Jendela bidik
- Built in Dioptri: Dilengkapi dengan pengatur dioptri (lensa+ atau – bagi mereka yang berkacamata)
- Eye piece Blind : Tirai penutup jendela bidik
- Interchangeable Focusing Screen : Fasilitas untuk dapat mengganti focusing screen
- Focusing screen : Layar focus
- Bracheting : Pengambilan gambar yang sama menggunakan pengukuran pencahayaan yang berbeda
- Flash Sync : Sinkron kilat, kecepatan maksimum agar body dan flash masih bekerja harmonis
- TTL: Through The Lens, Sistem pengukuran pencahayaan melalui lensa
- Remote Flash : Melepaskan lampu kilat dari badan kameranya dan meletakkannya si duatu tempat untuk mendapatkan efek foto yang diinginkan
- Bounce : Cahaya lampu kilat yang di pantulkan ke langit-langit atau bidang lain sehingga cahaya menerangi objek secara merata
- Slave unit : (Lampu kilat + mata listrik/elctric eye); adalah alat abntu yang sanggup menyalakan lampu kilat bila mata itu menerima sinar dari lampu kilat lain
- Wireless TTL : Sistem pengukuran TTL tanpa melalui kabel
- Multiple exposure : Fasilitas pemotretan berulang pada fram eyang sama
- Pupup Flash : Blitz kecil, terbuat menyatu dengan body
- Stop : Satuan pencahayaan, 1 stop sama dengan 1 EV
- Red Eye Reduction : fasilitas untuk mengurangi efek mata merah yang biasa terjadi pada pemotretan menggunakan blitz pada malam hari
- PC terminal : Terminal untuk blitz di luar hot shoe
- Hot shoe : Kaki blitz
- Mirror Lock up : Pengunci cermin, agar getaran dapat dikurangi pada saat rana bergerak
- Shiftable program : Pada mode program, exposure setting dapat diubah secara otomatis dalam EV yang sama, misalnya dari 1/125 menjadi 1/250 detik, f 5.6 dmenjadi f 11
- Second Curtain Sync : Fasilitas untuk menyalakan blitz sesaat sebelum rana menutup
- Shutter release : Pelepas rana
- Self Timer : Alat penangguh waktu pada kamera
- Vertical Grip : Alat pelepas rana utnuk pengambilan secra vertical tanpa harus memutar tangan
- Data Imprint : Fasilitas pencetakan data tanggal pada film
- Reloadable to last frame: fasilitas untuk mengembalikan film yang telah digulung di tengah ke posisi terakhir yang terpakai
- Fill In flash : Blitz pengisi, dalam kondisi tidak memerlukan blitz, blitz tetap dinyalakan untuk menerangi bagian-bagian yang gelap seperti bayangan
- Intervalometer : Fasilitas epmotretan otomatis dalam jarak waktu yang tertentu
- Multispot : Pengukuran pencahayaan dari beberapa titik
- Back : Sisi belakang kamera, berfungis pula sebagai penutup film
- Bayonet : Sistem dudukan lensa yang hanya memerlukan putaran kurang dari 90 derajat untuk pergantian lensa
- Bulk film : Film kapasitas 250 exposure
- Wide lens : lensa lebar, mempunya jarak titik bakar yang pendek, lebih pendek dari 50,,, biasanya:
· 16-22mm (lensa lebar super)
· 24-35mm (lensa lebar medium
· 6-15mm (lensa mata ikan) - Push : Meningkatkan kepekaan film dalam pemotretan, missal dari ISO 100-200/lebih
- Pull : kebalikan dari Push
- Main light : Cahaya pengisi/tambahan
- Foto wedding : Potraiture berpasangan (menciptakan rekaman gambar yang romantisme, baik dari posenya maupun dari suasananya
- Foto wedding terbagi 2 yaitu:
- Neo Classic Potraiture, ialah bentuk visual foto berpasangan yang beraura romantis
- Classic wedding, ialah bentuk foto berpasangan yang harus menjadi kenangan
- Blouwer : Kipas angin yang digunakan pada pemotretan model untuk menghasilkan efek angin
- Reverse ring : digunakan untuk memasang lensa yang di balik, untuk membuat lensa makro alternatif agar cahaya yang masuk tidak bocor
- Golden section : Potongan kencana; Hukum komposisi yang mengatakan bahwa keselarasan akan tercapai kalau suatu bidang adalah kesatuan dari 2 bidang yang saling berhubungan
- Komposisi : susunan garis, bidang, nada, kontras dan tekstur dalam suatu format tertentu
- Siluet : Teknik pencahayaan untuk menampilkan bentuk objek tanpa menunjukkan detilnya
- Framing : Pembingkaian objek untuk memberi kesan mendalam/ dimensi objek foto
- Panning : Teknik pengambilan gambar dengan kesan gerak (berubahnya latar belakang menjaid garis-garis sementara objek utama terekam jelas
- Sandwich : Teknik menggabungkan foto
- Cross process : Proses silang, biasanya di lakukan pada film positiv (E6) ke film negatif (C 41), sehingga menimbulkan warna- warna baru pada foto
- Esai foto : (Biar foto yang bicara), merangkai foto menjadi cerita bertem
- xposure time kalo ga salah sih lamanya waktu kita ngebuka bukaan ( Biasanya di mode Bulb )
- Sesuai dengan artinya, Interpolasi merupakan salah satu cara yang dipakai untuk memperbesar ukuran gambar dengan memultiplikasi pixel ukuran gambar yang diduplikasi menjadi lebih besar. Biasanya gambar interpolasi bila dilihat dengan teliti akan menurunkan ketajaman gambar karena bukan hasil asli keluaran dari sensor.
- HSM : Singkatan dari Hypersonic Motor. Artinya kurang lebih sama dengan USM, auto fokus cepat dan tidak bersuara. Kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sigma.
- AF-S : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Nikon.
- SAM : Sama dengan kode diatas, kode ini akan Anda temukan di lensa merek Sony.
- AF : Lensa Nikon yang tidak memiliki auto fokus built-in. Di kamera pemula Nikon seperti D60 dan D5000, tidak bisa mengunakan lensa ini untuk auto fokus, tapi harus dengan manual fokus.
- VR : Singkatan dari Vibration Reduction, fungsinya sama dengan Image Stabilization.
- OS : Singkatan dari Optical Stabilization, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma.
- VC : Singkatan dari Vibration Compensation, fungsinya sama dengan Image Stabilization. Kode ini akan Anda temukan di lensa Tamron.
- DX, DT, DC : Kode lensa yang di optimalkan untuk kamera sensor krop. Kode ini akan Anda temukan di lensa Nikon, Sony atau Sigma.
- DG : Kode lensa yang di kompatibel untuk kamera sensor krop dan full frame. Kode ini akan Anda temukan di lensa Sigma.
- L -> kependekan dari "Luxury", biasa diplesetkan menjadi "Larang". Lensa-lensa L-series Canon adalah lensa yang berada di jajaran atas. Dibuat dengan optik-optik pilihan yang berkualitas, juga memiliki build quality yang baik dan kokoh. Lensa seri ini ditandai dengan adanya gelang merah di leher bagian depan lensa. L singkatan dari luxury alias lensa mewah yg kualitasnya tinggi.
- DO -> kependekan dari "Diffractive Optics". Lensa seri ini bila dibandingkan dengan lensa lain yang memiliki focal length dan aperture maksimal yang sama biasanya memiliki bentuk yang lebih kecil dan berat yang lebih ringan. Canon juga meng-claim lensa seri DO ini memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengatasi chromatic aberration. Lensa ini ditandai dengan adanya gelang berwarna hijau di leher lensa bagian depan. Hingga saat ini Canon baru memproduksi 2 macam lensa dengan diffractive optics ini.
- EF -> mount lensa Canon sejak tahun 1987, mount sebelumnya bernama FD. Tambahan -S di belakang adalah kependekan dari Short Back Focus. Lensa dengan seri ini memiliki 'buritan' yang lebih nongol sehingga tidak bisa masuk ke body fullframe. Desainnya pun memang dirancang untuk body non-fullframe (APS-C) sehingga memiliki image circle yang lebih kecil daripada lensa seri EF biasa. Jika dipaksakan dipasang pada body fullframe (baik dibantu dengan extension tube atau cara lain), maka akan menghasilkan foto dengan vignetting yang cukup parah akibat jangkauan image circle tidak sampai mencakup keseluruhan frame.
- IS -> kependekan dari "Image Stabilizer". Teknologi peredam getar pada lensa yang memungkinkan lensa menstabilkan getaran tangan yang bisa menyebabkan foto shaking. Kemampuan IS biasanya diukur dengan stop rating, di mana semakin tinggi angka ratingnya, semakin baik kemampuan IS lensa tersebut dalam menstabilkan getaran.
- USM -> kependekan dari "Ultra-sonic Motor", bisa diplesetkan menjadi "Untuk Semua Momen". Lensa AF dengan motor ini biasanya memiliki kemampuan autofocus yang lebih cepat dan senyap sehingga dapat menangkap momen dengan lebih baik dan akurat.
- EF-S : jenis vatting / pangkon / bajonet / mounting
BAB III
PENUTUP
1 Kesimpulan
Fotografi seperti
yang kita kenal sekarang adalah hasil dari penemuan. Yang pertama dalam bidang
ilmu alam menghasilkan kamera, yang kedua dalam bidang kimia menghasilkan film.
Asal mulanya kedua penemuan itu tidak ada hubungannya satu sama lain dan
sebelum masing – masing sampai kepada kesempurnaannya seperti yang telah kita
kenal sekarang serta melahirkan penemuan baru yaitu fotografi, telah panjang
yang ditempuh baik oleh kamera maupun oleh film.
Untuk mendalami bidang fotografi, siapa pun
harus punya pengetahuan dasar yang baik tentang cahaya (light). Hal ini
penting karena cahaya memegang kunci utama dalam penentuan eksposur yang diatur
oleh shutter dan aperture pada kamera. Setelah memahami tentang cahaya, tahap
selanjutnya adalah mengerti tentang pencahayaan (lighting) sehingga
mampu menghasilkan foto yang lebih baik dalam berbagai kondisi pemotretan.
2 Saran
Dalam penulisan makalah ini tentunya
sangat jauh dari idealnya sebuah pembahasan maka penulis mengharapkan
saran dan kritik sebagai masukan kepada penulis untuk lebih mengembangkan
pembahasan yang telah ditulis, sehingga
penulisan dalam sebuah makalah mendekati kepada sebuah idealnya pembahasan
materi.
sekian semoga bermanfaat buat kita semua
0 komentar:
Posting Komentar